JOHOR BAHRU-- Ruang sempit seluas 4×4 meter dipenuhi bangku-bangku dan kursi plastik yang diatur memanjang, yang menjadi tempat sekitar 30 anak kelas satu sekolah dasar, belajar dan bermain.
Mereka adalah anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang orangtuanya mencari nafkah di berbagai tempat di wilayah Johor, Malaysia.
Anak-anak ini difasilitasi untuk bisa belajar secara formal oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia di Johor.
Di sekolah Indonesia ini, para siswa mengikuti sistem pendidikan di Indonesia. Mereka juga mengenakan seragam putih merah. Suasana Indonesia cukup kental terasa. Hanya dalam percakapan saja, komunikasi antara guru dan murid yang bercampur antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu.
Anak-anak TKI ini mengikuti orang tua mereka yang mencari nafkah di Malaysia. Di Malaysia, mereka sulit masuk ke sekolah formal di Malaysia, karena berbagai persyaratan administrasi yang wajib di penuhi orang tua mereka.
Apalagi bila orangtua mereka masuk dan bekerja di Malaysia tanpa dokumen resmi, alias ilegal. Mereka bahkan harus bermain kucing-kucingan dengan petugas imigrasi Malaysia yang selalu melakukan pemeriksaan rutin.
Tidak heran bila banyak anak-anak TKI tidak bisa mengikuti pendidikan formal, dan hanya menghabiskan waktu tanpa belajar sambil menunggu orang tua mereka yag bekerja.
Sekolah Indonesia di Konjen Johor ini sendiri belum terlalu lama berdiri, baru sekitar 3 tahun. Saat ini jumlah siswa yang dididik sekitar 150 anak, mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 9 (kelas 3 SMP).
Anak-anak ini diajar oleh guru-guru, yang sebagian besar direkrut dari mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia, khususnya di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Johor.
Neng Hermawati, ibu salah seorang siswa kelas satu, mengaku lega ada sekolah Indonesia di Johor. Selama ini dia harus menitipkan dua anaknya kepada orangtuanya di Bogor agar mereka bisa bersekolah. Namun karena sudah ada sekolah Indonesia, Neng bisa membawa salah seorang anaknya ke Malaysia.
Neng saat ini bekerja di sebuah rumah makan di daerah Johor Bahru sebagai pelayan. Dia mengaku sudah bekerja di Johor sejak 5 tahun lalu, dan terpaksa meninggalkan anak bungsunya saat masih berusia dua tahun.
- See more at: http://rakyatsulsel.com/anak-anak-tki-ini-pun-semangat-bersekolah.html#sthash.hwynmJ3U.dpuf
Mereka adalah anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang orangtuanya mencari nafkah di berbagai tempat di wilayah Johor, Malaysia.
Anak-anak ini difasilitasi untuk bisa belajar secara formal oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia di Johor.
Di sekolah Indonesia ini, para siswa mengikuti sistem pendidikan di Indonesia. Mereka juga mengenakan seragam putih merah. Suasana Indonesia cukup kental terasa. Hanya dalam percakapan saja, komunikasi antara guru dan murid yang bercampur antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu.
Anak-anak TKI ini mengikuti orang tua mereka yang mencari nafkah di Malaysia. Di Malaysia, mereka sulit masuk ke sekolah formal di Malaysia, karena berbagai persyaratan administrasi yang wajib di penuhi orang tua mereka.
Apalagi bila orangtua mereka masuk dan bekerja di Malaysia tanpa dokumen resmi, alias ilegal. Mereka bahkan harus bermain kucing-kucingan dengan petugas imigrasi Malaysia yang selalu melakukan pemeriksaan rutin.
Tidak heran bila banyak anak-anak TKI tidak bisa mengikuti pendidikan formal, dan hanya menghabiskan waktu tanpa belajar sambil menunggu orang tua mereka yag bekerja.
Sekolah Indonesia di Konjen Johor ini sendiri belum terlalu lama berdiri, baru sekitar 3 tahun. Saat ini jumlah siswa yang dididik sekitar 150 anak, mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 9 (kelas 3 SMP).
Anak-anak ini diajar oleh guru-guru, yang sebagian besar direkrut dari mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia, khususnya di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Johor.
Neng Hermawati, ibu salah seorang siswa kelas satu, mengaku lega ada sekolah Indonesia di Johor. Selama ini dia harus menitipkan dua anaknya kepada orangtuanya di Bogor agar mereka bisa bersekolah. Namun karena sudah ada sekolah Indonesia, Neng bisa membawa salah seorang anaknya ke Malaysia.
Neng saat ini bekerja di sebuah rumah makan di daerah Johor Bahru sebagai pelayan. Dia mengaku sudah bekerja di Johor sejak 5 tahun lalu, dan terpaksa meninggalkan anak bungsunya saat masih berusia dua tahun.
- See more at: http://rakyatsulsel.com/anak-anak-tki-ini-pun-semangat-bersekolah.html#sthash.hwynmJ3U.dpuf