Dunia Kesehatan di Era Revolusi
Industri 4.0
Oleh: drg Andi Fatahuddin
Secara Literasi dan perjalanannya, Revolusi industri dengan segala dampak positif dan negatifnya, bergerak dinamis sesuai usia peradaban. Dimulai Revolusi industri 1.0 sejak 1784 dengan penemuan mesin uap oleh (James Watt) sebagai instrumen mekanisasi kerja manusia yang digantikan oleh mesin. Industri 2.0 dimulai dengan penemuan sumber energi baru seperti listrik oleh Thomas Alfa Edison (1882), gas, dan minyak bumi. Metode berkomunikasi berubah dengan ditemukannya telegram dan telepon, termasuk ditemukannya mobil dan pesawat pada awal abad ke-20.
Industri 3.0 ditandai dengan berkembangnya sektor elektronik, teknologi informasi (transistor, mikroprosesor, telepon genggam, dan komputer) serta proses automatisasi di mana robot dan mesin mulai menggantikan peran manusia. Industri 4.0 ditandai dengan Perkembangan internet yang berkembang pesat dan berperan pada proses produksi yang diatur secara virtual dan saling terkoneksi dengan adanya sistem komputasi awan (Cloud), analisis data, dan IoT (internet of things). Dan memperkenalkan istilah Smart Factory, yaitu sistem yang memonitor proses produksi suatu pabrik dengan membuat keputusan desentralisasi, bekerja secara otomatis. berkomunikasi dan berhubungan dengan manusia secara langsung melalui jaringan nirkabel.
Revolusi industri 4.0 (generasi keempat) ini dilihat pula dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.
Dari tiap masa, ilmu kesehatan selalu mengalami perkembangan secara revolusioner. Dimulai dari ditemukannya stetoskop (1816), rontgen (1895), dan magnetic resonance imaging (1978), sampai saat ini yang memimpin perkembangan selanjutnya distilahkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence disingkat AI). Dalam industri kesehatan, beberapa perusahaan teknologi telah mengembangkan produk mereka dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk memproses data-data yang dikumpulkan dari pasien.
Bioteknologi adalah dasar dalam hampir semua proses bioterapi farmasi dalam era Revolusi industri 4.0. Teknologi ini banyak diterapkan untuk memanipulasi berbagai bahan biologis yang dapat dipakai sebagai terapi untuk berbagai jenis kondisi penyakit, terutama yang bersifat mematikan.
Aplikasi bioteknologi lainnya yang juga menjanjikan adalah pengembangan bidang diagnostik secara molekuler. Hal ini mengarah ke terapi personal yang dicocokkan pada genom pasien. Misalnya, wanita yang menderita kanker payudara dengan sel kanker yang mengekspresikan protein HER2 dapat diberikan Herceptin. Herceptin merupakan obat pertama yang disetujui untuk digunakan pada pasien kanker payudara dengan tes diagnostik yang cocok, yaitu pasien dengan ekspresi protein HER2, dan merupakan target bagi obat tersebut untuk dapat bekerja.
Ada beberapa teknologi yang sangat revolusioner yang dipakai dibidang bioteknologi kedokteran dan diperikirakan akan semakin berkembang pada era Revolusi Industri 4.0 yaitu ;
1. Clustered regularly interspaced short palindromic repeat (CRISPR) / CRISPR-associated protein (Cas) 9 system. Pengembangan cara yang efisien ini sudah dapat digunakan untuk berbagai gen target yang penting dalam berbagai macam sel dan organisme, termasuk manusia, melalui gRNA tunggal. Penggunaan versi dCas9 dari sistem CRISPR / Cas9 menargetkan domain protein untuk regulasi transkripsi, modifikasi epigenetik, dan visualisasi mikroskopik dari lokus genom tertentu. Alat pengedit dan penarget genom ini sangat meningkatkan kemampuan kita untuk mengeksplorasi patogenesis penyakit dan memperbaiki mutasi penyakit serta fenotipe (struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku)).
2. Metoda komputasi dalam pencarian obat baru. Pencarian obat dengan bantuan alat komputasi silico sangat efektif untuk mempercepat dan menghemat penemuan dan pengembangan suatu obat baru karena terjadi peningkatan besar dalam ketersediaan informasi makromolekul biologis dan molekul kecil, penerapan komputasi penemuan obat termasuk di antaranya: Identifikasi dan validasi target obat, pencarian dan optimalisasi calon obat, serta tes-tes praklinis. Program silico dianggap lebih canggih dan dilengakpi sistem komputeris yang sangat mumpuni yang mendasari proses high throughput screening.
3. Mikrobiota usus sebagai target terapi. Saluran gastrointestinal (Pencernaan) manusia adalah rumah bagi konsorsium kompleks triliunan mikroba yang menjelajah sepanjang usus dengan jumlah genom kolektif. Munculnya teknologi 'omics' , seperti metagenomik dan metabonomik, dapat diterapkan untuk mempelajari ekologi usus mikroba pada tingkat molekuler. Pendekatan terapi tersebut dapat dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan platform teknologi 'omics' metagenomik dan metabolomik dengan menangkap variasi biokimia holistik dan dinamis yang terkait dengan kondisi patofisiologi dari host. Sehingga Integrasi data metagenomik dan metabonomik akan menghasilkan data farmakologi dan klinis yang dapat menjadi dasar pengembangan alat diagnostik dan prognostik yang komprehensif mengenai penyakit kompleks pada saluran gastrointestinal.
4. Biologi sistem dan kesehatan masa depan. Era baru biologi sistem, secara holistik mengkuantifikasi perubahan sistem pada manusia. Hal ini dapat diterapkan pada dunia kedokteran untuk menegakkan diagnosis, mendefinisikan predileksi penyakit, dan mengembangkan strategi pengobatan secara individual (pribadi) . Biologi sistem merupakan cara baru yang mengaplikasikan model komputasi dan matematika pada sistem biologis yang kompleks. Yang bertujuan menemukan model baru yang memberikan pengertian tentang bagaimana sel dan jaringan berinteraksi satu sama lain, sehingga suatu organisme dapat berfungsi sebagai suatu sistem.
Revolusi Industri 4.0 mempunyai potensi untuk memberdayakan individu dan masyarakat, karena ia dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan pribadi. Tetapi ia juga bisa menyebabkan pengkerdilan dan marjinalisasi beberapa kelompok, memperburuk ketimpangan sosial, menciptakan risiko keamanan yang baru, serta dapat merusak hubungan antar manusia. Bahkan, di arus laju perkembangannya tidak dapat dianggap sepele. Perlahan dan pasti, Revolusi Industri 4.0 dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar pada fitrah manusia dan berujung pada pertanyaan filosofis mengenai eksistensi dan nilai manusia secara hakiki
Untuk mendapatkan peluang dan menghindari perangkap revolusi Industri 4.0 ini , kita harus mempertimbangkan pertanyaan yang ditimbulkannya dengan hati-hati. Kita harus memikirkan kembali ide-ide tentang pembangunan ekonomi dan sosial, penciptaan nilai, privasi dan kepemilikan, dan bahkan identitas individu.
Terutama didunia kesehatan fenomena penemuan mutakhir bidang bioteknologi yang akan memungkinkan perpanjangan masa hidup manusia secara signifikan, “merancang” bayi, maupun ekstraksi ingatan manusia harus menjawab secara gamblang pertanyaan moral dan etika yang muncul sebagai respons sisi kemanusiaan kita.
Tentunya, teknologi bukanlah merupakan kekuatan besar yang tidak dapat kita kontrol. Kita pun tidak pernah dibatasi oleh pilihan dasar antara menerima atau menolaknya.
Selamat Hari Kesehatan Nasional ke 54 untuk Indonesiaku ..”Ayo Hidup Sehat, Mulai dari Kita”
Referensi.
https://nasional.sindonews.com/read/1337174/18/revolusi-industri-40-dalam-dunia-kesehatan-1536571793