Iklan

Iklan

Respon pernyataan Jusuf Kalla, WALHI Sulsel tegaskan tidak ada smelter yang ramah lingkungan

Thursday, October 12, 2023 WIB Last Updated 2023-10-12T03:52:03Z

KLIKSULSEL.COM, LUWU--Belakangan ini beberapa industri nikel yang sering melakukan klaim usahanya ramah lingkungan karena telah menggunakan sumber energi terbarukan hydropower, seperti yang diklaim oleh PT Bumi Mineral Sulawesi yang merupakan salah satu perusahaan Kalla Group milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Dikutip dalam video yang telah disebar melalui akun instagram @bms.helmkuning yang dirilis pada tanggal 22 September, dalam video tersebut Jusuf Kalla mengklaim bahwa smelter miliknya sebagai smelter paling ramah lingkungan di Indonesia.
“Di sinilah yang paling lengkap di seluruh Indonesia, pembangkitnya green energi prosesnya juga green energy, jadi ini cocok untuk kemajuan indonesia," ujar Jusuf Kalla pada video singkat tersebut.

"Di sini orang tidak akan melihat cerobong asap. Jadi ini satu-satunya di Indonesia yang paling green energy coba cari di Indonesia di mana ada yang paling ramah lingkungan?” kata Jusuf Kalla

Namun, apakah ada smelter yang ramah lingkungan? 

Merespon pernyataan tersebut, Nurul Fadli Gaffar selaku kepala divisi Energi dan Pangan WALHI Sulawesi Selatan mengatakan bahwa apa yang disampaikan Jusuf Kalla pada video tersebut merupakan informasi keliru. 

“Tidak ada yang namanya smelter ramah lingkungan, kalaupun ada, itu adalah kebohongan kepada publik dan tidak mendasar pada data. Bahkan jika sumber energi listriknya dari hydro power, dampak proses peleburan bijih nikel masih tetap memberikan dampak yang sangat besar kepada lingkungan.” Ucap Fadli dalam rilis pers (11/10/2023).

Selain itu, fadli menambahkan bahwa PLTA Malea yang bertenaga 90 MW di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, sebagai sumber energi listrik PT BMS, juga memiliki beberapa catatan mengenai dampak negatifnya. Pasalnya, Pembangunan bendungan untuk dijadikan hydropower ini faktanya telah merubah bentang alam, hal ini juga memicu hilangnya beberapa jenis mata pencaharian, banjir, kekurangan sumber air, memicu konflik internal keluarga dan masyarakat, serta merusak situs budaya.

Olehnya itu, Fadli menegaskan bahkan meskipun PT BMS telah menggunakan energi terbarukan melalui pembangkit PLTA Malea, masalah polusi udara dan pencemaran air masih akan tetap ada dan menjadi ancaman kepada lingkungan dan masyarakat di Desa Karang-karangan, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu. 

“Berdasarkan catatan kami, hingga saat ini model industri pengolahan nikel (Smelter) yang mengolah produk feronikel membutuhkan nikel kadar tinggi (saprolite), sehingga Smelter yang mengolah saprolite harus menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan masih menghasilkan dampak berupa emisi debu/abu dan gas NOx, CO dan SOx.” Tegas Fadli soal penjelasan dampak Smelter.

Tidak hanya itu, Fadli juga menambahkan bahwa proses pengolahan nikel di Smelter juga faktanya masih membutuhkan bauran batubara pada tahap smelting, prosesnya juga sangatlah rakus air sehingga akan menimbulkan kekeringan dan derita krisis air pada masyarakat sekitar smelter.

Terakhir, Kepala divisi energi dan pangan WALHI Sulsel ini juga menuturkan bahwa dirinya sangat menyayangkan informasi keliru yang disampaikan Jusuf Kalla mengenai smelter yang ramah lingkungan. Sebagai orang yang memiliki jejak besar sebagai wakil presiden pada dua waktu periode, seharusnya tidak perlu membangun smelter jika ingin mengedepankan lingkungan hidup.

“Klaim Jusuf Kalla atas Smelter PT BMS yang ramah lingkungan adalah informasi keliru sebab menutupi resiko dan ancaman lingkungan hidup yang akan timbul, jika ingin ramah lingkungan sebaiknya hentikan pembangunan smelter”, tutupnya.

Laporan: Hairuddin
Komentar

Tampilkan

  • Respon pernyataan Jusuf Kalla, WALHI Sulsel tegaskan tidak ada smelter yang ramah lingkungan
  • 0

Terkini

Topik Populer

Iklan